Balitbang Kalbar Gelar FGD Kajian Bahasa Dayak

Image

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kalimantan Barat kembali menggelar Forum Group Dis­cussion (FGD) Kajian Ba­hasa. Kali ini mengusung tema “Strategi Perlindungan, Pengembangan, Pemanfaatan dan Pembinaan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat”.

Acara tersebut berlangsung di Hotel Ibis Pontianak, Rabu (7/9/2022), dan dibuka Kepala Ba­litbang Kalbar Dr Herkulana Mekarryani M.Si. Dalam kes­empatan itu, tim peneliti dari Balitbang Kalbar memaparkan data-data yang sudah mereka kumpulkan untuk dibahas dan dicarikan rumusan terbaik yang akan diterapkan ke de­pan.

Pembahasan hasil riset Ba­litbang itu dibantu berbagai pihak. Antara lain, ada Dedy Ari Asfar, S.Pd., M.Lett (Pe­neliti Ahli Muda Pusat Bahasa, Sastra dan Komunitas BRIN), Drs. Anang Santoso (Kepala Balai Bahasa Kalimantan Ba­rat), Dr. Dra. Urai Muhani , MM (Kepala Bidang Pembi­naan Kebudayaan Dinas Pen­didikan dan Kebudayaan Prov Kalbar), serta Jakius Sinyor (Dewan Adat Dayak) dan lain-lain.

Kajian dilakukan ber­landaskan temuan-temuan yang diperoleh di kehidu­pan masyarakat suku Dayak pedalaman. Masyarakat Dayak didapati sudah mulai melupa­kan bahasa mereka sendiri, terutama di kalangan anak – anak muda.

Hal ini pula yang mendor­ong Balitbang Kalbar merasa perlu melakukan kajian strat­egis perlindungan, pengem­bangan, pemanfaatan dan pembinaan bahasa Dayak di Kalbar demi menjaga kelestar­ian dari aneka ragam bahasa yang ada. Khususnya bahasa Dayak yang mempunyai ber­bagai macam perbedaan di setiap daerahnya.

Langkah ini sangat diapre­siasi tokoh masyarakat Dayak yang diwakili Jakius Sinyor (Dewan Adat Dayak Kalbar). “Kami sangat berterima kasih kepada Balitbang Kalbar karena bahasa Dayak kami mendapat perhatian khusus di sini. Kami berharap ba­hasa Dayak bisa mempunyai standar universal yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari–hari,” ujar Jakius saat menyampaikan apresiasinya terhadap hasil temuan Balit­bang.

Semantara itu di kesempa­tan yang sama peneliti dari Ba­dan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menyampaikan ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian bahasa Dayak. Diantaranya, mengadakan perlombaan dan pertunjukan tradisi lokal masyarakat adat antar kampung secara peri­odik, memberi penghargaan atau award kepada perseoran­gan, komunitas, dan kampung yang masih menjaga tradisi lokal.

Selain itu, bisa dengan cara mewariskan atau mengkul­turasi segala budaya lokal yang dimiliki kepada generasi muda mereka. Serta melatih pemu­da-pemudi kampung sebagai penyalin budaya lokal dan agen konservasi kebudayaan Dayak.

Sumber : Pontianak Post

Share this Post: