hamburger-menu.png
next-button.png

PERTUNJUKAN TARI GENOSIDA : PERISTIWA MANDOR YANG MENGIRIS HATI

Friday, 18 October 2024

adpim@kalbarprov.go.id

PERTUNJUKAN TARI GENOSIDA : PERISTIWA MANDOR YANG MENGIRIS HATI

 

PONTIANAK - Penjabat Ketua Dekranasda Kalimantan Barat, Windy Prihastari, S.STP., M.Si. menyaksikan pertunjukan karya tari genosida "Refleksi Peristiwa Mandor 28 Juni 1994" di Selasar Aula Gedung Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat, Jum'at Malam (18/10/2024).

 

Dalam kesempatan ini, Windy mengapresiasi pertunjukan karya tari genosida sangat luar biasa, tak hanya dari seni gerak tarinya namun juga cerita dan nilai yang terkandung dalam kemasan tarian tersebut.

 

"Lewat pertunjukan karya tari genosida  Refleksi Peristiwa Mandor 28 Juni 1944, tentunya Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan saya selaku Penjabat Ketua Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat sangat mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini dan berharap lebih banyak lagi kegiatan yang bisa menyampaikan pesan - pesan untuk masyarakat Kalimantan Barat khususnya pemuda - pemuda Kalimantan Barat agar mengerti tentang sejarah dari Kalimantan Barat seperti salah satunya ini peristiwa mandor," harap Windy.

 

Dirinya juga mengungkapkan bahwa Peristiwa Mandor 28 Juni 1945 merupakan salah satu tragedi kelam yang dialami oleh masyarakat Kalimantan Barat dimana semua para tokoh - tokoh masyarakat intelektual dan tokoh politik menjadi korban kekejaman Jepang.

 

"Salah satu korbannya adalah Kakek saya, kakek saya seorang  Kepala Sekolah, kemudian ketua suatu organisasi besar di Kota Singkawang, seniman dan juga aktif di keolahragaan pada waktu itu dan sedang mengajar ceritanya sedang di sekolah kemudian diculik oleh Jepang. Itu cerita yang kami dengar pada waktu almarhum nenek kami menyampaikan," terangnya.

 

Maka dari itu, dengan adanya kegiatan cerita - cerita sejarah seperti pada malam hari ini, Windy berharap dapat menambah wawasan atau pengetahuan bagi masyarakat Kalimantan Barat khususnya para pemuda Kalimantan Barat sehingga dapat menambah semangat untuk terus bergelora ikut membangun Kalimantan Barat di berbagai bidang.

 

"Kemudian dari seni - seni budaya diharapkan dapat menampilkan story-story cerita daerah yang lebih banyak lagi agar masyarakat mengenal Kalimantan Barat seperti misalnya di Sumatera Barat itu kita mengenal ceritanya Siti Nurbaya, Malin Kundang, nah itukan cerita legenda yang ketika orang ingin datang kesana pasti dikiranya kita akan pergi langsung melihat destinasi dimana ada patung Malin Kundang dan dimana ada Makam Siti Nurbaya. Nah apalagi kita di Kalimantan Barat ini seperti tragedi mandor ini benar-benar ada makam yang bisa kita lihat bersama - sama, saya khusunya sejak kecil setiap tahun ziarah disana karena mereka (Korban kekejaman Jepang) dibunuh secara masal jadi tidak bisa lagi di deteksi siapa, jadi mereka juga dimakamkan secara masal," pesannya.

 

Sebagai informasi, Peristiwa Mandor Berdarah adalah pembantaian massal yang terjadi pada 28 Juni 1944 di daerah Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Peristiwa ini juga dikenal dengan istilah Oto Sungkup (Mobil Penutup Kepala). 

 

Peristiwa Mandor Berdarah merupakan bagian dari sejarah kelam bangsa Indonesia. Berikut beberapa hal yang terkait dengan peristiwa ini. Peristiwa ini dilakukan oleh Tentara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (Kaigun). Pembantaian ini juga dilakukan tanpa batas etnis dan ras. 

 

Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh desas-desus yang terdengar oleh Jepang, yaitu adanya persekongkolan pemberontakan melawan Jepang yang Jumlah korbannya secara resmi menurut Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat adalah 21.037 jiwa. 

 

Salah satu korbannya adalah Sultan Muhammad, yang jasadnya ditemukan di bawah pertamanan di salah satu gereja. Dampak dari peristiwa ini adalah hilangnya generasi cerdik pandai, terpelajar, hingga tokoh politik Kalimantan Barat. Untuk mengenang peristiwa ini, Provinsi Kalimantan Barat menetapkan 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah.(deo/orf/nzr)