hamburger-menu.png
next-button.png

PJ GUBERNUR KALBAR TINJAU PABRIK PENGOLAHAN PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT JADI ENERGI BARU TERBARUKAN

Thursday, 14 November 2024

adpim@kalbarprov.go.id

No  :   839   /RO-ADPIM

Ket : Publish

 

PJ GUBERNUR KALBAR TINJAU PABRIK PENGOLAHAN  PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT JADI ENERGI BARU TERBARUKAN

 

SANGGAU - Penjabat Gubernur Kalbar, dr. Harisson, M.Kes. tinjau pabrik pengolahan tandan kelapa sawit menjadi Briket di Kecamatan Semuntai Kabupaten Sanggau, Kamis (14/11/2024).

 

Briket merupakan bahan bakar padat berupa belerang yang berasal dari bahan mengandung karbon, bernilai kalori tinggi, dan bisa menyala dengan durasi lama. Briket dapat dibuat dengan memanfaatkan limbah pertanian dan kehutanan, salah satunya adalah tandan kelapa sawit yang sudah kosong, yang diubah menjadi bahan bakar padat sehingga ketersediaannya cukup melimpah. Karena itu, briket bisa menjadi  bahan bakar alternatif.

 

Salah satu fungsi briket adalah bisa menjadi sumber energi alternatif. Kegunaan briket ini termasuk fungsi utamanya karena dapat mengurangi penggunaan bahan bakar dari fosil, seperti minyak, gas alam, dan batu bara yang jumlahnya terbatas serta tidak terbarukan.

 

"Di Kalimantan Barat baru ini yang pertama. Hari ini saya ke Pabrik Briket yang merupakan hasil pengolahan tandan kosong kelapa sawit. Jadi, tandan kosong kelapa sawit itu diambil dari beberapa pabrik kelapa sawit di daerah sekitar lalu  di olah di tempat ini dengan menggunakan mesin kemudian menjadi briket. Sebenarnya selama ini tandan sawit kosong menjadi sampah, namun Pemilik Pabrik yaitu Bapak Arianto bekerja sama dengan Untan berfikir bagaimana caranya sampah ini menjadi sumber energi dan ternyata berhasil," jelasnya.

 

Sehingga tandan sawit kosong yang telah diolah menjadi briket dapat menjadi sumber energi terbarukan dan dijual kepada PLN dengan harga Rp. 1.100,- sampai dengan Rp. 1.900,- per kg nya, tergantung jarak dari PLN nya.

 

"1 Kg pelet dari tandan kosong ini maksimal menghasilkan 4300 kalori, sementara kalau batu bara kalau 1 Kg itu menghasilkan sekitar 3950 kalori. Jadi sebenarnya jauh lebih tinggi kalori dari tandan kosong ini. Saya berikan apresiasi terhadap pabrik ini yang dimana telah berhasil dalam pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi  seperti fungsi briket dan selanjutnya  dijual ke PLN," ungkapnya.

 

Dirinya juga meminta Perusda untuk meniru pabrik yang ditinjaunya tersebut,  dimana dari tandan kosong dapat diubah menjadi sumber energi terbarukan.

 

“Sebenarnya lebih ramah lingkungan karena kalau kita pakai batu bara terus menerus, kan lama-lama bisa habis karena ini energi fosil," jelasnya.

 

Pj. Gubernur Harisson juga mengajak pihak – pihak maupun masyarakat yang ingin turut mengembangkan pengolahan briket seperti yang telah dilakukan oleh Bapak Ariyanto agar semakin banyak  sumber olahan untuk memanfaatkan limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai Co-Firing Biomassa. Semoga ini menjadi awal yang baik karena selama ini mungkin tandan kosong menumpuk di kebun dan sekarang sudah bisa dimanfaatkan.  

 

Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan Co-Firing Biomassa merupakan salah satu langkah menurunkan emisi karbon mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. 

 

Di tempat tersebut, Bapak M. Ariyanto selaku pihak PT Elektrika Konstruksi Nusantara (EKN), Setiap harinya volume produksi briket sawit sebanyak 20 ton per hari, dan langsung di kirim ke PLN di Sintang maupun Sanggau, kapasitas tersebut belum memenuhi  kebutuhan PLN yang  membutuhkan 350 ton briket per hari. 

 

Guna tercapainya target tersebut pihaknya akan terus berupaya untuk memanfaatkan sumber daya setempat. Sehingga dalam prosesnya diharapkan akan menciptakan multiplier effect, mengurai masalah sampah dan memacu pertumbuhan ekonomi.

 

“Kami telah bekerja sama dengan UNTAN dan dari awal telah di riset melalui mesin, kemudian beli dan banyak gagal. Akhirnya, Alhamdulillah kita sudah modif lagi di dalamnya kemudian bisa menghasilkan seperti ini (Briket/Pelet). Untuk kelebihan dari tandan kosong ini tidak mencemari udara," terangnya. 

Hal ini dapat memberikan manfaat antara lain, Menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh PLTU, meningkatkan bauran energi yang ramah lingkungan hingga akhirnya mencapai tujuan nasional Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat