
DALAM RANGKA KOORDINASI PERCEPATAN CETAK SAWAH DAN OPLAH TAHUN 2025, DISTPH KALBAR GELAR RAKOR
Dalam rangka mendukung tercapainya swasembada pangan nasional, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat terus berupaya meningkatkan produksi pangan melalui kegiatan optimasi lahan dan cetak sawah. Upaya ini diperkuat dengan Rakor Strategi Percepatan Kegiatan Optimasi Lahan dan Cetak sawah 2025 di Aula Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Selasa (15/4/2025).
Rakor Percepatan Kegiatan Optimasi Lahan dan Cetak Sawah 2025 dihadiri Kepala BSIP Kalimantan Barat, Pj. Ketua Swasembada Pangan Kalimantan Barat, Kodam XII Tanjung Pura, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota se-Kalimantan Barat, Tim SID Universitas Tanjung Pura Pontianak, Tim SID Politeknik Negeri Pontianak dan Tim Teknis Cetak sawah. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat Ir. Florentinus Anum, M.Si.
Kegiatan ini bertujuan memperkuat koordinasi antar berbagai pihak terkait, guna memastikan pelaksanaan program optimasi lahan dan cetak sawah berjalan efektif dan efisien serta menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto dalam rangka mewujudkan swasembada pangan
Dalam upaya mendukung program pemerintah terkait swasembada pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat terus berupaya meningkatkan produksi padi melalui penambahan luas tanam padi dengan kegiatan Optimasi Lahan (Oplah) dan Cetak Sawah diperlukan komitmen semua pihak untuk melakukan percepatan penyelesaian dalam waktu yang telah ditetapkan.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat Ir. Florentinus Anum, M.Si menyampaikan bahwa dalam Rakor berbagai strategi dibahas untuk meningkatkan produktivitas lahan, memperluas areal persawahan, serta mengatasi tantangan di lapangan guna memanfaatkan potensi lahan secara optimal demi mendukung target nasional di sektor pertanian.
"Melalui sinergi dan kolaborasi antara pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, akademisi, dan TNI, diharapkan target swasembada pangan di Kalimantan Barat dapat tercapai, sehingga ketahanan pangan Indonesia semakin kuat dan berkelanjutan," ungkapnya.
“Tujuan utama oplah yaitu peningkatan IP dari 2 kali menjadi 3 kali tanam harus kita kejar, melalui eksistensi lahan, kedepan prioritaskan lahan-lahan yang ada petaninya dengan CPCL menjadi acuannya. Pelaksanaan program cetak sawah harus melibatkan berbagai pihak”ujarnya.
Rakor ini menjadi langkah strategis dalam memastikan keberlanjutan dan efektivitas program pertanian di Kaimantan Barat. Dengan sinergi yang baik antara pemerintah provinsi dan kabupaten serta stake holder terkait lainnya, diharapkan program optimasi lahan dan cetak sawah dapat berjalan dengan sukses serta memberikan dampak positif bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional.
Kepala BSIP Kalimantan Barat yang juga Pj. Swasembada Pangan Kalimantan Barat Anjar Suprapto, S.TP, MP berharap agar dalam kegiatan rakor ini bisa dihasilkan sebuah kesepakan SID sehingga upaya percepatan optimasi lahan dan cetak sawah bisa segera di realisasikan.
Sementara itu Kepala Kelompok Staf Ahli KODAM XII Tanjung Pura Kolonel Infanteri Subar menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut program pemerintah.
“kita tidak bisa bekerja sendiri tetapi harus sinergi antar semua pihak, kami mengajak semua pihak untuk meyakinkan diri dalam kegiatan ini, apabila ada perubahan SID agar segera di koordinasikan. Oplah supaya bisa dilaksanakan dengan baik tidak bisa kita kerjakan sendiri, jika sudah sepakat di meja kita harus bersatu di lapangan. Kami harap kawan-kawan Dandim untuk selalu mengadakan pendampingan bagi tim provinsi dan juga kabupaten. Tugas ini berat, tetapi jika kerjakan bersama pasti akan lebih mudah mencapai tujuan yang kita inginkan” ungkapnya.
Selain itu juga dibahas langkah percepatan yang harus dilakukan pada OPLA dan CSR 2025 yaitu melalui percepatan SID, percepatan kontrak, konstruksi, dan percepatan tanam sesuai dengan prosedur dan administrasi yang berlaku sehingga target realisasi dapat tercapai.
Seperti diketahui, oplah adalah Upaya untuk meningkatkan pemanfaatan lahan pertanian yang kurang produktif yang bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan dengan Cara memperbaiki fisik dan kimiawi tanah, serta meningkatkan sarana dan prasarana, oplah dapat digunakan untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Sementara cetak sawah merupakan penambahan luas lahan sawah pada berbagai tipologi lahan yang belum pernah digunakan untuk pertanian sawah dan merupakan Program strategis nasional untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Keberhasilan teknologi oplah dan cetak sawah merupakan salah satu indikator implementasi program transisi pertanian tradisional menuju pertanian modern yang perlu disinergikan dengan berbagai program dalam mengubah pola pikir (mindset) pelaku sistem pertanian Indonesia dan semuanya harus berorientasi pada kearifan lokal maupun kondisi sosial budaya masyarakat setempat sehingga implementasi teknologi modern di bidang pertanian tidak bisa digeneralisir pada semua wilayah. Artinya faktor karakteristik lokalitas menjadi salah satu penentu keberhasilan pembangunan pertanian